Totalitas Pengorbanan Orang Tua


Artikel yang akan saya tulis pada pembahasan kali ini merupakan pengalaman pribadi yang pernah saya alami. Dan mungkin juga dialami oleh sebagian besar seorang anak yang pada saat ini sudah bertransformasi menjadi seorang Ayah. Jika kita flash back jauh beberapa tahun sebelumnya. Mungkin kita aka teringat tentang bagaimana totalitas pengorbanan orang tua kita dulu dalam upaya menyenangkan dan membahagiakan kita. Baik itu pengorbanan materi, fisik, sampai pada psikologis sepenuhnya sudah orang tua korbankan. Bahkan bisa dikatakan orang tua rela mati asal anak bahagia. Sungguh sangat total bukan pengorbanan orang tua kita dulu?..

Perhatian orang tua kepada kita dimulai sejak kita dinyatakan menjadi penghuni satu-satunya dalam perut Ibu kita. Apapun akan mereka lakukan demi untuk menjaga kita agar tetap aman dan nyaman di dalam kandungan Ibu. Dari tidur tengah malam dan bangun sebelum matahari nongol, sudah menjadi kebiasaan mereka. Perhatian itu tidak lantas cukup sampai disitu saja. Setelah kita lahir pun kebiasaan itu masih mereka lakukan, dimana harus bangun tengah malam demi menenangkan kita dikala kita sedang menangis karena pipis atau ber4k, padahal kantuk berat selalu mereka rasakan.

Semenjak kita tumbuh menjadi anak-anak, totalitas pengorbanan mereka semakin bertambah. Kekhawatiran akan adanya ancaman kejahatan atau kita mengalami luka, selalu mengahantui fikiran mereka. Alhasil, pemberian batasan lingkup bermain kita mulai mereka terapkan. Tidak hanya sampai disitu saja, apa yang ingin kita makan juga tidak luput dari control mereka. Namun demikian, sering sekali pengamanan yang diberikan oleh orang tua itu mendapatkan perlawanan dari sikap kita. Pembatasan dan larangan untuk makan makanan yang kita inginkan membuat kita menangis agar pembatasan dan larangan tersebut sedikit longgar. Biasanya kalau sudah mendengar rengekan atau tangisan anaknya, orang tua tentunya tidak akan tega, dan usaha sang anak akan berhasil untuk mendapatkan apa yang dia inginkan, meskipun dia belum paham baik tidaknya makanan atau tindakan itu buat dirinya.

Sudah berbagai macam cara yang dilakukan oleh orang kita pada waktu itu. Meski harus kaki menjadi kepala, dan kepala menjadi kaki. Pastinya akan tetap dilakukan oleh orang tua. Dan itu semua adalah bentuk totalitas pengorbanan orang tua untuk anaknya. Namun sangat disayangkan sekali, dimana bentuk pengorbanan tersebut, terkadang banyak disalah artikan. Baik oleh sebagian keluarga, tetangga sekitar, bahkan tidak jarang oleh kita sendiri. Pemberian batasan bermain dan makan sesukanya, kadang diartikan negatif oleh kita dan orang lain. Bahkan tidak jarang keluarga dari mulut kita kata-kata yang kurang pantas, seperti “orang tua pelit”, “orang tua jahat”, “orang tua tidak pengertian”.

Ironis memang, dimana pengorbanan yang sangat besar bahkan tidak dapat dihitung dengan teori matematika apapun, harus mendapatkan penilain yang negatif dari lingkungan sekitar bahkan dari kita sendiri. Kita akan menyadari seberapa besarnya cinta orang tua justru setelah kita menjadi seorang ayah atau ibu. Dan alangkah baiknya jika kita membalas semua kebaikan tersebut selagi orang tua kita masih ada. Meski secara hitung-hitungan apapun, jasa orang tua kita tidak akan mampu kita balas dengan materi yang kita miliki. Namun setidaknya, perlu bagi kita untuk menunjukkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dengan terus memberikan perhatian baik materi atau non materi kepada orang tua kita.

Demikianlah tulisan yang memaksa kita untuk flash back ke belakang, untuk mengingatkan kita akan besarnya totalitas pengorbanan orang tua kita dari dulu hingga sampai saat ini. Semoga apa yang menjadi isi dari tulisan ini, dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Serta dapat membukan mata dan hati kita untuk menyadari bahwa perhatian orang tidak dapat dikalahkan oleh apapun di dunia ini. Tidak ada keikhlasan di muka bumi ini yang dapat menyamai bahkan menandingi keikhlasan orang tua dalam merawat dan menjaga kita hingga seperti saat ini. Mari kita hormati dan jaga orang tua kita selagi mereka masih ada di hadapan kita. Saatnya kita menyudahi kelelahan mereka dalam merawat kita dari sejak kecil.

Tidak ada komentar untuk "Totalitas Pengorbanan Orang Tua"