Kriminalitas Berkedok Pemulung

Buat info - Kriminalitas Berkedok Pemulung

Dari tahun ketahun gerbong kemiskinan 

Di negara ini sedikit berkurang. Hal itu merupakan bentuk keberhasilan dari implementasi pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pihak pemerintah. Program-program dalam upaya menekan angka kemiskinan yang sudah dijalankan tersebut terbilang cukup maksimal jika melihat adanya sedikit perubahan setiap tahunnya. Namun begitu, masih tidak sedikit pula orang-orang yang masih mengais rejeki dengan cara yang sangat memperihatinkan demi bertahan hidup. Mereka yang masih belum tersentuh oleh program-program yang dilakukan oleh pemerintah dalam upaya mengentaskan kemiskinan tersebut harus berbesar hati mencari rupiah di tempat-tempat sampah. Merekalah para pemulung yang demi bertahan hidup harus bergelut dengan bau sampah setiap harinya.

Sedikit banyak dari mereka pada dasarnya tidak jauh beda dengan orang-orang kantoran, berangkat pagi dan pulang sore, yang membedakan hanyalah penghasilan dan tempat kerjanya saja. Jika orang kantoran penghasilannya jutaan maka pemulung ribuan, jika orang kantoran tiap harinya mencium bau pengharum ruangan, pemulung mencium bau sampah. Sangat memperihatinkan sekali kehidupan kaum yang sedikit termajinalkan ini, dimana mereka harus mengais rejeki dari bak sampah ke bak sampah yang lain. Jadi dengan adanya para pemulung, kondisi lingkungan sedikit bersih dari sampah-sampah. Hanya saja sekarang ini tidak sedikit dari orang-orang tertentu yang menjadikan “pemulung” sebagai topeng. Artinya, banyak orang-orang tertentu yang menjalani pekerjaan ini, namun tidak hanya barang-barang bekas yang bisa jadi rupiah saja yang mereka ambil melainkan juga barang berharga yang jelas-jelas milik orang lain.

Para “pemulung“ ini biasanya berangkat pagi-pagi sekali, saat dimana orang-orang masih tertidur lelap. Yang menjadi sasaran operasi biasanya rumah dan kos-kosn mahasiswa yang kondisinya sepi. Barang berharga berupa hand phone bahkan juga laptop menjadi santapan empuk bagi mereka para “pemulung”. Hal itu terbukti dengan tidak sedikitnya beberapa mahasiswa yang mengeluh kehilangan Handphone dan laptopnya saat mereka bangun tidur, dimana hari sebelumnya ada “pemulung” yang masuk tanpa ijin ke tempat mereka meski pun sudah di tegur berkali-kali. Anehnya lagi, setelah barang-barang itu lenyap “pemulung” yang tidak tahu aturan itu pun juga lenyap.

Kejadian seperti ini semakin menambah keprihatinan nasib para pemulung yang sejatinya adalah pemulung. Akibat ulah maling berkedok pemulung, tidak sedikit dari masyarakat yang tidak suka terhadap keberadaan pemulung di sekitar lingkungan mereka. Buktinya tidak sedikit di depan rumah atau kos-kosn terpajang tulisan “ pemulung dilarang masuk..!!”, pemasangan tulisan tersebut tidak lain adalah untuk mengantisipasi adanya kehilangan barang-barang berharga. Antisipasi yang dilakukan oleh masyarakat itu jelas sekali sangat merugikan para pemulung. Jika setiap rumah tertulis larangan bagi pemulung, harus dimana lagi mereka mencari makan untuk menyambung hidup. Melihat hal seperti ini, diperlukan sekali penangan dari pihak berwajib terkait dengan “pemulung” gadungan tersebut. Namun hal tersebut tidak akan berjalan efektif jika dari masyarakat kurang bekerjasama. Oleh karena itu, diperlukan juga kerjasama masyarakat banyak. Artinya, masyarakat perlu melaporkan jika ada orang yang mencurigakan di lingkungan mereka kepada pihak berwajib. Sehingga tidak ada yang dirugikan. Pemulung tidak kesulitan untuk mencari nafkah, dan masyarakat pun tidak kehilangan barang berharganya. Selain itu, program pengentasan kemiskinan yang dilakukan pemerintah perlu lebih dimaksimalkan dan dilakukan pendataan kembali terkait dengan dana yang dikucurkan agar tidak ada lagi orang-orang yang menyambung hidup dengan cara bergelut dengan tumpukan sampah.

Tidak ada komentar untuk "Kriminalitas Berkedok Pemulung"