Menguak Nasib Kaum Minoritas

Buat info - Menguak Nasib Kaum Minoritas

Kemiskinan dari tahun ketahun

masih tetap menjadi persoalan yang serius di berbagai kota di Indonesia. Jika kita menulusuri pinggiran kota di Indonesia, maka tidak sedikit akan terlihat deretan rumah-rumah yang tidak layak pakai menjadi pemandangan ironis. Mulai dari rumah yang hanya bertembokkan bambu sampai dengan hanya seuntai kain dan berlantaikan tanah, masih menjadi potret buram kehidupan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri lagi, dimana eksistensi kemiskinan tidak lagi menjadi pemandangan yang baru dan bukan lagi menjadi sesuatu yang abstrak dalam kacamata kehidupan masyarakat di Negara yang akui kaya ini.

Terbilang tidak sedikit orang-orang yang sehari-harinya sudah berhadapan dengan problem perjuangan sebatas bisa makan untuk bertahan hidup tersebut, masih dihadapkan lagi dengan problem-problem sosial lain seperti menjadi kaum minoritas yang terpinggirkan atau terimajinalkan oleh lingkungan social, dimana perekonomiannya jauh di atas mereka. Ketidak layakan tempat tinggal dan menjadi kaum minoritas yang terpinggirkan menjadikan mereka juga tidak mendapatkan kelayakan dari sektor pendidikan atau pun kesehatan, sampai-sampai ada semboyan “orang miskin dilarang sakit”, dimana hal teresebut menunjukan adanya labelisasi bahwasanya kaum minoritas atau miskin itu hanya bisa menerima beragam bentuk realitas hidup ketidakberdayaan, keterjajahan dan ketidaksejahteraan. Ironis memang, Negara yang pada dasarnya kaya akan sumber daya alamnya, namun hanya kemiskinan yang masih harus di rasa oleh masyarakatnya.

Ironisnya lagi, keberadaan kaum minoritas ini selalu menjadi kaum yang terjajah, bahkan tidak jarang mereka juga menjadi korban politik oknum-oknum yang bisanya hanya mengumbar janji tak pasti. Pada musim pemilu misalnya, mereka akan menjadi obyek perhatian para elit politik. Mereka dicekoki dengan janji kesejahteraan dan dijauhkan dari kata ketidak layakan sebagaimana yang mereka rasakan pada saat itu. Namun setelah pemilu selesai mereka akan kembali menjadi kaum yang terlupakan.

Berangkat dari permasalahan kemiskinan yang menjadi persoalan serius yang tidak ada habis-habisnya tersebut, pemerintah mencanagkan program-program pengentasan yang bertujuan untuk menekan angka kemiskinan di kota-kota besar di Negara ini, yang setiap tahunnya mengalami kenaikan. Hanya saja dari sekian banyak program pengentasan yang diimplementasikan, masih belum mampu memendung angka kemiskinan yang menjadi fokus program tersebut. Hal ini diperkuat dengan fakta di lapangan, dimana masih sulitnya masyarakat miskin yang mendapatkan kebutuhan dan pelayanan dasar terutama pada sektor pendidikan dan kesehatan.

Program-program pengentasan kemiskinan yang dicanangkan oleh pemerintah tidak akan menjadi solusi yang efektif untuk menekan tingkat kemiskinan dinegara ini, jika dari kontrol terhadap implementasi program tersebut terbilang lemah. Idealnya program-program yang telah ada tersebut diimbangi dengan pengawasan yang ketat agar nantinya tidak ada kucuran dana yang tidak diketahui kemana larinya. Selain itu, dibutuhkan juga sikap penerimaan dari masyarakat banyak terhadap kaum miskin di tengah-tengah mereka, sehingga tidak akan ada lagi kaum minoritas yang terimajinalkan dengan beragam penerimaan realitas kehidupan. Dan diharapkan pula kesadaran dari oknum-oknum tertentu untuk tidak menjadikan kaum miskin sebagai korban politik. Artinya jangan pernah memberikan janji kesejahteraan jika hal tersebut tidak bisa terlaksana, karena hal tersebut hanya akan menambah beban hidup kaum minoritas.

Tidak ada komentar untuk "Menguak Nasib Kaum Minoritas"