"TRADISI" URBANISASI DEMI MENGADU NASIB

Buat Info - Tradisi Urbanisasi

Secara arti bahasa, Urbanisasi 

adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota. Namun jika kita mengartikannya berdasarkan kacamata ilmu kependudukan, urbanisasi sendiri merupakan prosentase jumlah penduduk yang tinggal atau menetap di daerah perkotaan. Dan prosentase tersebut dipengaruhi oleh maraknya ketertarikan penduduk desa untuk merubah nasibnya di kota.

Seperti yang biasa kita saksikan. Dimana dari tahun ke tahun pasca lebaran, tidak sedikit penduduk desa yang berbondong-bondong untuk mengadu nasib di daerah perkotaan, khususnya di Ibu kota Jakarta. Hal tersebut bukan tanpa faktor yang menyebabkan ketertarikan itu muncul. Pada pembahasan kali ini, kita akan membahas perihal beberapa faktor yang memicu terjadinya Urbanisasi yang banyak terjadi di Indonesia tersebut.

Faktor - faktor Terjadinya Urbanisasi


1. Informasi banyaknya lapangan pekerjaan di kota
Moment lebaran sendiri merupakan waktu yang digunakan oleh penduduk kota untuk mudik ke kampung masing - masing. Dan tidak sedikit dari mereka yang sudah sukses mengadu nasib di perkotaan, akan memberikan informasi kepada sanak famili dan tetangga terdekat mereka perihal adanya lapangan kerja yang menjajikan di daerah perkotaan tempat dimana mereka tinggal. Sehingga dari informasi tersebut, memungkinkan munculnya ketertaringan untuk pindah ke kota akan lebih besar.

2. Kehidupan kota yang lebih modern
Life style di perkotaan yang lebih cepat memenuhi tututan hidup modern, juga menjadi salah satu faktor penyebab ketertarikan orang-orang untuk memilih tinggal di daerah perkotaan. Kehidupan modern yang ditawarkan oleh perkotaan, sedikit banyak berkontribusi akan munculnya ketertarikan untuk pindah ke kota.

3. Sarana dan Prasarana
Tuntutan kebutuhan hidup bisa dengan mudah mereka rasakan jika didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai seperti fasilitas umum, rumah sakit, kampus yang berkualitas, dan banyak lagi lainnya. Dan itu semua tersedia di daerah perkotaan. Paradigma masyarakat meyakini bahwa hidup di kota akan jauh lebih mudah dan praktis, mengingat semua fasilitas umum sudah tersedia tanpa kurang satu pun.

Namun yang tidak mereka sadari bahwa, kehidupan di desa jauh lebih praktis dari pada di perkotaan. Kenapa tidak, semua kebutuhan hidup (makanan), tersaji luas di hadapan mereka. Namun jika kita hidup di perkotaan, semua kebutuhan hidup khususnya makanan harus kita beli dengan uang.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa urbanisasi bisa akan terlihat ironis jika tujuan untuk mengadu nasib hanya modal nekad saja tanpa dibekali kemampuan yang memadai. Apalagi ditambah semakin banyaknya penduduk desa pindah ke perkotaan setiap tahunnya, tentu itu akan menambah pula prosentase jumlah penduduk perkotaan, dan akan memperkecil lahan pekerjaan dikarenakan persaingan semakin bertambah setiap tahunnya. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang signifikan juga akan memunculkan permasalahan-persalahan kehidup sosial lainnya di masyarakat.

Oleh karena itu, akan sangat perlu sekali bagi kita untuk membekali diri dengan kemampuan yang memadai sebelum kita memilih untuk pindah dan hidup di perkotaan. karena, semakin maju sebuah daerah, maka akan semakin berat pula perjuangan hidup yang harus dilalui. Jika kita berniat untuk merubah nasib namun tanpa bekal yang memadai, itu sama halnya dengan perang tanpa senjata. Maka bukan menang yang kita raih tapi kehancuran yang akan kita alami. Jadi sebelum kita berangan-angan dengan keindahan lampu malam perkotaan, gaya hidup modern, dan kehidupan yang praktis. Ada baiknya kita bekali diri kita terlebih dahulu. Agar apa yang menjadi harapan kita kedepan bisa tercapai sesuai dengan mimpi kita.

Tidak ada komentar untuk ""TRADISI" URBANISASI DEMI MENGADU NASIB"